Masuk ke Dark Zone di The Division 2 seharusnya jadi pengalaman yang mendebarkan, tempat di mana risiko tinggi sepadan dengan imbalan yang menggiurkan. Tapi kenyataannya, bagi banyak pemain, terutama yang bermain solo, Dark Zone justru terasa seperti ladang pembantaian, bukan medan pertempuran yang seru. Geng rogue yang berempat memburu petani solo yang lagi sibuk lawan NPC bukan cuma bikin frustrasi, tapi juga bikin komunitas makin sepi. Kalau kamu pernah berpikir, “Kenapa makin sedikit yang main DZ?”, mungkin jawabannya ada di perilaku toxic kayak gini. Di tulisan ini, kita bakal kupas habis fenomena ganking di DZ, reaksi komunitas, dan kenapa para rogue ini justru sedang menembak kaki sendiri.
![]() |
Kenapa Banyak Pemain Mulai Males Masuk Dark Zone The Division 2? |
Buat para veteran atau pemain baru di The Division 2, nama Dark Zone pasti sudah sering terdengar. Wilayah berbahaya ini punya daya tarik tersendiri: kombinasi loot menarik, PvE intens, dan tentu saja PvP yang bebas. Tapi di balik semua keseruannya, ada masalah lama yang nggak pernah benar-benar selesai: kebiasaan sekelompok rogues yang kerjaannya ngeroyok petani solo yang cuma lagi ngumpulin loot.
Mungkin buat mereka ini cuma bagian dari permainan. Tapi buat banyak pemain lain, ini adalah alasan utama kenapa mereka ogah balik ke DZ. Dan kalau kita lihat lebih dalam, kelakuan seperti ini sebenarnya bukan cuma merugikan targetnya, tapi juga merusak komunitas yang seharusnya jadi pondasi kuat bagi umur panjang game ini.
Ketika Toxicity Berkedok Gameplay
Salah satu pengguna Reddit, LocksmithFar2691, buka suara soal kelakuan para group gankers ini. Intinya, mereka bukan cuma merusak pengalaman main orang lain, tapi juga menembak kaki sendiri. Soalnya, semakin banyak pemain yang kapok main di DZ, semakin sepi juga tempat itu. Kalau DZ kosong, siapa lagi yang bisa diajak main? Atau malah dijadikan target?
Ada satu cerita yang cukup menyentuh dari pengalaman dia. Saat sedang manhunt bareng tim random, mereka ketemu satu pemain solo yang lagi farming landmark. Salah satu temannya berhasil ngebunuh pemain itu, tapi saat ditawari loot-nya, dia nolak. Katanya, “Gue sadar dia cuma grinding. Gue biarin aja.” Dan ini jadi contoh kecil tentang bagaimana kita bisa tetap nikmatin gameplay PvP tanpa harus berubah jadi bajingan.
Realita PvP yang Bikin Muak
Komentar-komentar lain di Reddit juga menggambarkan betapa suramnya kondisi PvP di DZ. Seorang user, Me-lara, bilang kalau PvP di sini bukan lagi soal adu skill atau build, tapi lebih ke aksi pengecut: nyerang dari belakang waktu korban lagi sibuk lawan NPC. Rasanya mirip kayak nendang orang yang lagi duduk: nggak ada kehormatan, nggak ada tantangan.
Yang lain, Suspicious-North-402, bilang kalau dia udah kapok masuk DZ karena hampir tiap kali dia farming landmark, pasti ada saja rogues yang nembak dari belakang. Bahkan pemain yang udah punya build kuat pun bisa tumbang kalau disergap dadakan pas armor tinggal setengah dan musuh NPC belum beres. Dan parahnya, banyak yang ngerasa ini bukan lagi insiden, tapi budaya.
Ironi di Balik "Eksklusivitas"
Salah satu alasan kenapa pemain nekat masuk DZ sebenarnya sederhana: mereka cari loot tertentu yang katanya eksklusif. Tapi sekarang, banyak gear atau senjata yang dulu cuma bisa didapat di DZ sudah tersedia di PvE lewat Named Item Cache, vendor Countdown, atau drop acak dari aktivitas Global Event. Jadi, para petani solo yang masuk DZ pun seringkali cuma pengen buka peti atau ngumpulin resource, bukan cari ribut.
Satu komentar menarik datang dari EugeneBelford1995. Menurut dia, pemain baru bahkan bisa dapat semua exotic non-Raid dan non-Incursion dalam waktu 2 sampai 3 minggu tanpa pernah masuk ke DZ. Jadi kalau alasannya cari exotic, sebenarnya DZ udah bukan jalur utama lagi. Lalu kenapa masih banyak yang ngotot gangguin orang di dalam sana?
DZ Tanpa Kode Etik
Sebagian pemain mencoba bertahan dengan cara kreatif. Ada yang logout dan login dekat safe house buat dapat momen tenang selama satu jam. Ada juga yang memilih farming jam 2 pagi biar nggak ketemu siapa-siapa. Dan kalau ketemu rogues? Beberapa udah siap dengan build kejutan. Seorang user, Bennicbane, cerita kalau dia dibegal tiga orang pas armor lagi tipis, tapi pas dia balik dengan kombinasi Pestilence dan Rock ‘n Roll, dua dari mereka kena batunya.
Tapi nggak semua bisa atau mau main kayak gitu. Bagi banyak orang, DZ harusnya jadi tempat yang seru dan menantang, bukan sekadar survival arena melawan predator sosial yang nyari kepuasan dari ngeroyok pemain lemah.
Imbasnya ke Semua Orang
Argumen yang sering muncul dari para pembela ganking adalah “ya itu kan DZ, udah tahu tempat PvP, harus siap.” Tapi logika itu mirip kayak nyalahin korban. Seolah-olah, karena kamu masuk zona PvP, maka kamu harus rela jadi bulan-bulanan. Padahal nggak sesederhana itu. PvP bisa tetap hidup tanpa harus jadi toxic.
Inti dari semuanya adalah: setiap kali sekelompok pemain lebih milih ngeroyok solo farmers ketimbang ngajak duel atau bahkan ngasih ruang buat mereka farming, mereka bukan cuma nyusahin targetnya. Mereka juga mempercepat kematian Dark Zone itu sendiri. Karena yang mereka ajak main besok, mungkin udah uninstall game-nya hari ini.
Menakar Ulang Tujuan Masuk DZ
Mungkin sekarang waktunya buat kita semua bertanya: kenapa kita masuk DZ? Kalau tujuannya sekadar nyari loot, sekarang ada banyak cara lain yang lebih aman dan efisien. Kalau alasannya PvP, seharusnya ada semacam rasa hormat antar pemain. Duel fair, saling mengintai, dan uji ketahanan build. Bukan nyamperin orang yang lagi sibuk sama Black Tusk lalu nembak dari belakang.
Pemain seperti Captain_Kitteh bilang kalau mereka sering lihat orang solo yang bahkan belum punya tas loot di punggungnya tapi tetap disergap habis-habisan. Lucunya, yang nyergap pun nggak dapat apa-apa selain perasaan bangga palsu karena menangin pertarungan yang dari awal nggak imbang.
Dark Zone Bisa Lebih Baik
Bukan berarti DZ harus jadi zona damai. Justru, daya tarik DZ ada pada ketegangan yang selalu mengintai. Tapi ada perbedaan besar antara PvP yang menantang dan PvP yang abusive. Kuncinya ada pada pilihan pemain. Apakah kamu ingin jadi pemburu yang dicatat karena skill dan strategi? Atau sekadar perundung digital yang bikin game kesayanganmu makin sepi?
Sebagai komunitas, kita bisa mulai mengubah arah dengan cara kecil tapi berarti. Biarkan solo farmer ambil loot-nya. Ajak duel kalau ketemu lawan yang sepadan. Dan kalau kamu udah jadi manhunt, mungkin ambil langkah mundur dan pikirkan ulang: apa masih layak nyerang pemain tanpa armor dan tanpa loot?
Karena pada akhirnya, DZ bukan tentang siapa yang bisa ngeroyok paling cepat. Tapi tentang siapa yang bisa bikin orang lain tetap ingin balik ke dalam sana. Dan sejauh ini, yang bikin banyak orang ogah balik... bukan NPC, bukan sistem loot, tapi sesama pemainnya sendiri.