Pernahkah kamu mengalami momen di mana hardisk yang selama ini jadi tempat menyimpan data penting tiba-tiba tidak terbaca di komputer? Itulah yang baru saja kualami dengan salah satu hardisk internal berkapasitas 2 TB. Awalnya aku mengira masalah ini sederhana, mungkin hanya error biasa di Windows Explorer. Namun setelah kucoba beberapa cara, ternyata penyebabnya lebih rumit dari sekadar klik kanan dan pilih refresh. Di sini aku ingin berbagi pengalaman lengkapku mengatasi hardisk yang tidak terdeteksi agar kamu bisa belajar dari kasus ini dan mungkin mencobanya jika menghadapi masalah serupa.
![]() |
Cara Mengatasi Hardisk Unknown Not Initialized dengan Error I/O Device - Disk D Tidak Terbaca |
Awalnya aku menyadari ada yang janggal saat membuka Windows Explorer. Normalnya aku punya lima drive, tetapi yang muncul hanya empat yaitu C, E, F, dan G. Drive D yang biasanya menyimpan data kerja dan instalasi game sama sekali hilang. Aku langsung membuka Disk Management untuk mengecek dan ternyata benar, di sana muncul sebuah disk dengan status unknown, kapasitas 3,8 GB, serta tulisan not initialized. Padahal hardisk yang kupasang kapasitasnya 2 TB. Di situlah aku mulai curiga ada masalah serius.
Kucoba inisialisasi disk dengan memilih MBR atau GPT, dua-duanya sudah kucoba, namun hasilnya selalu gagal. Windows hanya menampilkan pesan error “The request could not be performed because of an I/O device error”. Klik kanan pada disk tersebut juga tidak banyak pilihan, hanya ada offline, properties, dan help. Bahkan saat kucoba update driver lewat Device Manager hasilnya tetap sama, tidak ada perubahan. Aku juga sempat menggunakan aplikasi pihak ketiga seperti Aomei Partition Assistant, tetapi kondisi hardisk tetap tidak berubah, statusnya masih unknown dan not initialized.
Yang membuatku makin bingung, di Disk Management kapasitasnya terbaca 3,8 GB, padahal jelas hardisk ini 2 TB. Ukuran 3,8 GB bahkan lebih kecil dari flashdisk zaman sekarang. Dari beberapa kasus yang kutemui di forum, biasanya jika kapasitas hardisk terbaca aneh seperti ini ada kemungkinan kerusakan pada hardware. Namun aku masih ingin memastikan sebelum menyerah begitu saja. Apalagi di dalamnya ada data penting berupa instalasi game dan beberapa video untuk channel YouTube. Untungnya data pribadi seperti foto dan dokumen sudah lebih dulu kupindahkan, jadi sedikit lebih lega.
Karena berbagai cara software gagal, aku memutuskan untuk beralih ke pemeriksaan hardware. PC kumatikan terlebih dahulu, lalu kubuka casing sampingnya. Tampak jelas bagian dalamnya penuh kabel seperti sarang ular. Di situ aku menggunakan tiga hardisk internal sekaligus ditambah satu hardisk laptop yang kupasang ke PC. Masalahnya, semua hardisk itu mendapatkan suplai daya dari satu kabel power yang bercabang. Jadi satu kabel dari PSU kupakai untuk tiga hardisk sekaligus. Aku mulai curiga, jangan-jangan daya listrik yang masuk ke masing-masing hardisk tidak cukup sehingga salah satunya tidak terbaca.
Aku pun melakukan percobaan sederhana. Hardisk laptop yang kecil kubuka kabel power dan kabel datanya. Jadi satu kabel power kini hanya digunakan untuk dua hardisk saja, termasuk hardisk 2 TB yang bermasalah. Setelah semuanya kupasang ulang, PC kuhidupkan kembali. Dan ternyata berhasil, drive D yang sempat hilang kini muncul lagi dengan kapasitas penuh sekitar 1,8 TB. Rasanya lega sekali karena semua data di dalamnya masih aman.
Dari pengalaman ini aku belajar bahwa terkadang masalah hardisk tidak melulu karena software atau kerusakan pada hardisk itu sendiri, tetapi bisa juga dipengaruhi faktor listrik atau kabel power yang tidak mampu menyuplai daya secara stabil. Apalagi hardisk yang kupakai ini sudah berusia 7 hingga 8 tahun dan PC hampir selalu menyala setiap hari. Tidak heran kalau kondisi PSU atau kabel power juga mulai lemah.
Kesimpulannya, jika kamu mengalami masalah hardisk yang tiba-tiba tidak terbaca, coba dulu langkah-langkah sederhana seperti restart, cek di Disk Management, update driver, atau gunakan software pihak ketiga. Jika masih gagal, jangan ragu untuk mengecek sisi hardware, terutama kabel power dan koneksi ke PSU. Terkadang masalah sesederhana mengganti jalur kabel bisa membuat hardisk kembali normal. Yang terpenting, jangan pernah mencoba membongkar fisik hardisk karena justru akan membuatnya benar-benar rusak. Hardisk adalah perangkat sensitif yang hanya bisa dibuka di tempat steril.
Bagi aku sendiri, pengalaman ini jadi pengingat untuk segera memindahkan data penting ke media penyimpanan baru. Hardisk lama yang sudah bertahun-tahun dipakai tentu berisiko mengalami kerusakan kapan saja. Lebih baik berjaga-jaga dengan backup daripada menyesal karena kehilangan data. Semoga pengalaman ini bisa jadi pelajaran juga buatmu.