Ada satu momen yang sering membuatku berhenti sejenak ketika melihat perangkat lama yang pernah setia menemani bertahun tahun. Rasanya seperti melihat kembali halaman pertama dari perjalanan yang panjang. Itulah yang kurasakan saat kembali membuka casing speaker Simbada CST 6100N milikku. Sepuluh tahun lebih bekerja tanpa banyak komplain, namun beberapa tahun terakhir suara bassnya mulai hilang pelan pelan. Bukan melemah, tapi benar benar sirna. Sampai akhirnya aku memutuskan untuk membongkarnya, mencoba menghidupkan lagi nafas yang dulu pernah mengisi kamar kecilku dengan dentuman musik favorit.
![]() |
| Menghidupkan Lagi Bass yang Hilang dari Simbada CST 6100N |
Awalnya aku merasa tidak ada yang spesial dari kerusakan ini. Bass yang makin tipis, knob bass yang harus diputar mentok supaya sedikit terasa, dan equalizer PC yang harus kuatur setinggi mungkin hanya untuk mendapatkan hasil yang sebenarnya pernah bisa hadir tanpa dipaksa. Rasanya seperti memutar ulang lagu lama dengan kualitas yang jauh dari kenangan. Semakin sering kupakai, semakin jelas bahwa ada sesuatu yang melemah dari dalam. Namun karena aku bukan orang yang ahli elektronika, aku hanya bisa menebak nebak sambil membaca forum, menonton video, dan bertanya ke mana saja termasuk ChatGPT untuk mencari arah perbaikan yang paling mungkin.
Dari semua penjelasan yang kudapat, akhirnya aku memutuskan untuk mencoba mengganti IC power amplifier yang ada di dalam speaker ini. Simbada CST 6100N bawaan pabrik memakai TDA 2030A dan komponen ini sepertinya sudah memasuki masa tuanya. Di volume 50 sampai 75 persen seharusnya bass sudah terasa penuh, namun yang terjadi justru sebaliknya. Maka aku memutuskan untuk mengganti ketiga IC sekaligus dengan tipe TDA 2050 yang wattnya lebih tinggi dan masih kompatibel, begitu kata penjual yang sangat ramah ketika kutanya satu per satu.
Selain itu aku juga membeli trafo baru dengan 2 ampere. Trafo bawaan speaker hanya 1 koma 8 ampere dan dari beberapa referensi yang kubaca, trafo yang lebih stabil dan sedikit lebih kuat bisa membantu suara bass menjadi lebih bebas tanpa terkesan tertahan. Aku tidak punya alat ukur, tidak punya pengalaman, bahkan alat solderku pun model lama. Tetapi justru itulah yang membuat proses ini terasa menyenangkan. Seperti kembali belajar hal baru dari nol dan menikmati setiap langkah kecilnya.
Saat casing kayu tipis itu kubuka, aroma debu dan komponen lama langsung menyambut. Aku mulai dari yang paling sederhana, mengganti sekring yang kemarin sempat putus. Setelah itu barulah aku melepas IC lama satu per satu. Dengan penyedot timah jadul, aku membersihkan kaki kaki IC dari sisa solder. Aneh rasanya melihat betapa mudahnya IC itu terangkat setelah timahnya bersih. Mungkin memang sudah waktunya diganti.
IC TDA 2050 yang baru kutancapkan ke tempatnya. Warnanya masih segar, tulisannya masih jelas, dan entah kenapa memasangnya seperti memberi secercah harapan bahwa suara bass yang hilang akan kembali lagi. Aku solder satu per satu dengan hati hati agar tidak ada jalur yang saling bersentuhan. Setelah semuanya rapi dan menempel kuat, aku menyalakan speaker untuk pertama kalinya.
Dan di situlah rasanya seperti mendengar Simbada yang dulu. Bassnya kembali muncul tanpa harus kupaksa. Volume bass tidak perlu lagi kuputar sampai mentok. Cukup di sekitar tujuh puluh lima persen, suara yang keluar sudah mirip masa awal pembelian. Dentumannya terasa lebih lega, tidak lagi tersendat seperti sebelumnya. Meski direkam lewat kamera kualitasnya tidak bisa diukur, tetapi di kupingku perbedaannya sangat nyata.
Karena sudah terlanjur membongkar, aku lanjut mengganti trafo. Ini bagian yang sedikit lebih merepotkan karena dudukannya tidak pas dengan trafo baru. Hanya satu baut yang bisa kugunakan, tetapi setelah kupasang dan kurapikan kabel kabel AC dan DC-nya, semuanya kembali menyala dengan baik. Ketika kucoba lagi memutar lagu, rasa lega itu muncul sekali lagi. Bass terasa lebih longgar dan lebih nyaman di telinga. Tidak berlebih, hanya kembali ke karakter asli yang dulu pernah kubanggakan.
Apakah semua ini layak dilakukan? Itu sangat bergantung pada kamu. Total biaya yang kuhabiskan sekitar tujuh puluh hingga delapan puluh ribu rupiah, termasuk ongkir dan beberapa komponen cadangan. Jika kamu tipe yang suka memperbaiki perangkat lama dan menikmati prosesnya, modifikasi kecil ini bisa jadi pengalaman yang memuaskan. Namun jika kamu lebih suka hal praktis, membeli speaker baru mungkin lebih mudah.
Bagiku, memperbaiki Simbada ini seperti mengembalikan halaman lama yang pernah hilang. Ada kesenangan tersendiri ketika suara bass yang dulu hilang tiba tiba kembali memenuhi ruang kecilku. Mungkin hasilnya tidak sempurna, mungkin juga perbedaannya tidak terlalu besar di telinga orang lain. Tetapi di telingaku, Simbada CST 6100N ini kembali hidup.
